Peringati Hari Kartini, GTK dan Siswa MTsN 2 Nganjuk Kenakan Baju Adat

(Nganjuk) Seluruh GTK dan siswa MTsN 2 Nganjuk hari ini (22/04) secara kompak mengenakan baju adat untuk memperingati Hari Kartini. Peringatan Hari Kartini tahun ini diisi dengan kegiatan Apel yang dilaksanakan mulai pukul 07.00 WIB di halaman depan Gedung SBSN. Kegiatan tersebut diikuti oleh guru, staf, dan siswa kelas 9 MTsN 2 Nganjuk.

Hari Kartini merupakan hari kelahiran Pahlawan Nasional Raden Ajeng Kartini (RA Kartini). Beliau lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879. RA Kartini merupakan sosok wanita pribumi yang dilahirkan dari keturunan bangsawan. Beliau merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Semenjak tahun 1964, setiap tanggal kelahiran RA Kartini diperingati oleh bangsa Indonesia untuk mengenang jasanya dalam memperjuangkan hak kaum perempuan di Indonesia.

Selain untuk menghormati perjuangannya dalam emansipasi wanita, peringatan Hari Kartini juga sebagai bentuk refleksi terhadap peran perempuan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan dan kepemimpinan. Kepala MTsN 2 Nganjuk, Moh. Masrukin, M.Pd. sebagai pembina apel dalam sambutannya menyampaikan cerita singkat mengenai RA Kartini.

"Pada momen yang penuh dengan khidmat ini, kita semua telah memakai pakaian adat. Ini sebagai wujud bahwa di tanggal 21 April kita memperingati Hari Kartini. Mengapa memakai baju adat? Selain meneladani RA Kartini, hal ini juga sebagai pengingat bahwa kalian adalah orang Jawa, orang Indonesia, jangan sampai kalian lupa dengan Jawa dan Indonesianya. Sedikit cerita tentang profil RA Kartini yang sebagian dari kalian mungkin belum tahu. Beliau dilahirkan di Jepara pada tanggal 21 April 1879 dan wafat pada 17 September 1904. Jadi, beliau hanya hidup selama 25 tahun. Ketika usianya masih 12 tahun, beliau sudah berani menentang pemerintahan Hindia Belanda saat itu. Di usia itu pula, beliau nyantri pada Ulama Besar di Semarang yang bernama Kyai Muhammad Salih bin Umar bin Muhammad Tasnim as-Samarani atau dikenal sebagai Kyai Saleh Darat. Disana beliau mengkaji ilmu agama, seperti akhlak, fiqih, tasawuf, dan Al Quran. Ketika mempelajari Al Quran, beliau seperti menghadapi sesuatu yang buta dikarenakan Al Quran menggunakan Bahasa Arab sedangkan RA Kartini adalah orang Jawa. Akhirnya, beliau memohon kepada Kyai Sholeh Darat untuk menafsirkan Al Quran dalam Bahasa Jawa dengan huruf pegon atau dikenal sebagai Arab Pegon. Dalam waktu 11 bulan, Kyai Sholeh Darat mampu menafsirkan empat surat, yaitu Surat Al Fatihah, Al Baqarah, Ali Imran, dan An Nisa. Hasil tafsir Al Quran tersebut dihadiahkan kepada RA Kartini sebagai hadiah pernikahannya dengan Bupati Rembang bernama RM Joyodiningrat. RA Kartini dinikahkan oleh orang tuanya pada usia 24 tahun. Satu tahun kemudian, beliau meninggal dunia saat melahirkan anaknya dikarenakan komplikasi," terang Masrukin.

Diakhir sambutannya, beliau mengutarakan perihal pelajaran yang bisa dipetik atau diteladani dari RA Kartini, "Saya berharap setelah kalian setelah lulus dari MTsN 2 Nganjuk, kalian harus melanjutkan sekolah. Tidak ada yang tidak sekolah. Pesan saya, tata dan jaga akhlak kalian. Sebentar lagi kalian akan meninggalkan madrasah ini. Tinggalkan madrasah ini dengan catatan tetap menjadi kertas putih dengan tinta emas untuk menuju masa depan yang baik. Jadilah sosok seperti RA Kartini. Sosok yang tetap berusaha menggapai cita-citanya, berani mengutarakan mimpinya, berwawasan luas, dan pantang menyerah demi mewujudkan ide-ide kreatif yang dimiliki," tuturnya. (RF)






















    Blogger Comment
    Facebook Comment